Hama Penyakit Kubis - Tanaman kubis merupakan sayuran yang banyak dibudidayakan petani di daerah dataran tinggi yang memiliki tanah humus, gembur dan kaya unsur hara. Kubis banyak dikonsumsi karena mengandung manfaat bagi kesehatan seperti menurunkan kolesterol, menyehatkan jantung, meningkatkan imunitas dan kesehatan pencernaan. Tanaman dari famili Brassicaceae ini mengandung protein, vitamin A, vitamin C, vitamin B1, vitamin B2 dan Niacin.
Budidaya tanaman kubis memiliki prospek yang besar karena permintaannya yang terus meningkat. Data dari Badan Pusat Statistik, produksi kubis di Indonesia tahun 2018 mencapai 1,41 juta ton. Enam provinsi penghasil kubis terbesar yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera barat dan Sulawesi Utara. Upaya peningkatan produksi kubis terus dilakukan oleh petani untuk memenuhi kebutuhan pasar. Akan tetapi, terdapat berbagai kendala yang menjadi faktor penghambat produksi kubis tersebut, salah satunya adanya serangan hama dan penyakit yang dapat menimbulkan kerugian secara ekonomi. Oleh karena itu, petani perlu mengetahui jenis hama dan penyakit penting pada tanaman kubis sehingga dapat melakukan tindakan pengendalian secara tepat.
Berikut hama dan penyakit penting pada tanaman kubis :
1. Hama Ulat Tritip
Hama dan gejala serangan ulat tritip
sumber : pestnet.org
Ulat Tritip ( Plutella xylostella) merusak tanaman kubis dengan cara memakan daun muda dan daun tua hingga tersisa tulang daun. Kerusakan yang berat dapat menyebabkan tanaman kubis tidak dapat membentuk krop hingga gagal panen. Petani dapat mengendalikan hama ulat tritip dengan cara pergiliran tanaman kubis dengan tomat dan bawang daun untuk memutus rantai perkembangan ulat tritip.
2. Hama Ulat Grayak
Hama ULAT GRAYAK
SUMBER : The Danish Agriculture Agency
Ulat Grayak (Spodoptera litura) merusak kubis dengan cara memakan daun dan krop sehingga daun berlubang dan tersisa tulang daunnya saja. Hama ini sering menyerang tanaman pada musim kemarau. Pengendalian hama ulat grayak dapat dilakukan dengan cara melakukan pergiliran tanaman kubis dengan tanaman bukan inang hama ulat grayak, menanam tanaman perangkap tanaman kedelai, mengumpulkan dan mematikan kelompok telur yang terdapat pada permukaan bawah daun kubis.
3. Hama Ulat Krop
Hama dan gejala serangan ulat krop kubis
sumber : Science sOURCE
Gejala khas ulat krop kubis ( Crocidolomia pavonana) yaitu menyerang krop dan titik tumbuh tanaman kubis, serta terdapat bercak putih pada lapisan atas daun. Tanaman kubis yang terserang hama ini dapat mengakibatkan matinya titik tumbuh sehingga tanaman tidak dapat berproduksi.
Petani dapat mengendalikan hama ini dengan cara mengatur pola tanam, melakukan rotasi tanaman dengan tanaman bukan inang dan menggunakan insektisida Bacillus thuringiensis sebagai alternatif pengendalian yang terakhir.
4. Penyakit Busuk Hitam
GEJALA PENYAKIT BUSUK HITAM KUBIS
SUMBER : PLANTVILLAGE.PSU.EDU
Penyakit busuk hitam disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris. Penyebaran utama penyakit ini dapat melalui benih, percikan air hujan dan angin. Gejala awal penyakit busuk hitam ditandai dengan infeksi pada tepi daun kubis, daun berubah warna dari hijau menjadi kuning. Penyakit ini dapat mengakibatkan jaringan daun dan batang kubis menjadi hitam dan layu. Perkembangan tanaman kubis dan krop menjadi terhambat sehingga dapat menurunkan produksi secara nyata.
Petani dapat melakukan pengendalian penyakit busuk hitam dengan cara memilih varietas tanaman kubis yang tahan penyakit dan mengadakan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang.
5. Penyakit Busuk Lunak
GEJALA PENYAKIT BUSUK LUNAK
SUMBER : PLANTVILLAGE.PSU.EDU
Penyakit busuk lunak disebabkan oleh bakteri Erwinia carotovora. Selain kubis, bakteri ini dapat menyerang tanaman lain seperti kentang, wortel, tomat dan umbi-umbian. Bakteri Erwinia menyerang batang, krop dan bunga kubis menjadi lunak dan berlendir serta berbau busuk. Bakteri busuk lunak menginfeksi tanaman kubis melalui luka karena gigitan serangga atau dapat ditularkan melalui alat pertanian yang tidak bersih. Bakteri busuk lunak berkembang dengan cepat di tempat basah yang memiliki kelembaban yang tinggi.
Petani dapat melakukan pengendalian penyakit busuk lunak dengan cara sanitasi lahan yaitu menjaga kebersihan lahan dari sisa tanaman sakit sebelum penanaman dan mengatur jarak tanam agar tidak terlalu dekat sehingga kondisi tanaman lembab.
6. Penyakit Akar Gada
gejala penyakit akar gada
sumber :pestnet.org
Penyakit Akar Gada disebabkan oleh Plasmodiophora brassicae. Umumnya masyarakat mengenal penyakit ini dengan nama akar bengkak atau pentol. Penyakit akar gada dapat menginfeksi tanaman famili Brasicaceae seperti kubis, brokoli, pakchoy dan sawi. Tanaman yang terinfeksi penyakit akar gada menunjukkan gejala daun berwarna hijau pucat sampai kekuningan, daun layu pada siang hari dan kembali segar pada malam hari. Plasmodiophora menyerang akar tanaman kubis sehingga menyebabkan pertumbuhan berlebihan dan akar kubis menjadi bengkak seperti umbi sehingga tanaman tidak mampu menyerap unsur-unsur hara dari dalam tanah. Penyakit akar gada dapat menyebar melalui tanah, air, bibit dan alat pertanian.
Petani dapat melakukan pengendalian penyakit akar gada dengan cara melakukan pengapuran untuk menaikkan pH tanah agar tidak asam, sanitasi lahan, rotasi tanaman dengan tanaman bukan inang untuk memutus siklus hidup Plasmodiophora brassicae dalam tanah dan menggunakan fungisida sesuai dengan dosis anjuran.
Sumber :
Badan Pusat Statistik. 2018. Statistik Tanaman Sayuran dan Buah-Buahan Semusim. Jakarta
Semangun H. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. 1991. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
BAGIKAN :