Memiliki cita rasa manis yang menyegarkan dengan kandungan air yang tinggi, merupakan ciri khas buah jambu air. Jambu air kian populer dimasyarakat sebagai tanaman tabulampot (tanaman dalam pot) karena dapat berbuah dalam waktu 2 tahun. Beragam jenis jambu air banyak dikonsumsi dan dibudidayakan petani, seperti jambu bol, jambu king rose, jambu madu super green, jambu air delima, dll.
Dalam proses budidaya tanaman jambu air, terkadang kita temui hambatan dalam perawatannya. Salah satunya adanya serangan hama dan penyakit. Keberadaan hama penyakit pada tanaman budidaya dapat menyebabkan kerugian karena dapat merusak tanaman dan menurunkan kualitas panen jambu air. Salah satu hama jambu air yang merugikan yaitu hama ulat pagoda.
Hama Ulat Pagoda
Berbentuk unik seperti pagoda, hama ulat pagoda (Pagodiella hekmeyeri) dengan mudah ditemukan dipermukaan bawah daun jambu air. Larva atau ulat Pagoda membuat kantong dengan cara memakan daun. Setelah memakan daun, ulat ini mengeluarkan sutra berwarna putih dari mulutnya. Potongan daun yang dimakan ulat dipotong secara melingkar dan ditempelkan pada tubuhnya menggunakan sutra tersebut. Gejala hama ulat pagoda mudah kita amati, yaitu lubang berbentuk simetris pada daun jambu air.
Gejala Serangan Hama Ulat pagoda pada daun Jambu air
Hama ulat pagoda cukup berbahaya bagi pertumbuhan jambu air karena menyebabkan daun berlubang dan rontok, serta buah yang dihasilkan sedikit. Selain jambu air, ulat pagoda menyerang berbagai jenis tanaman, seperti mangga, alpukat, kakao, rambutan, matoa, kelengkeng, dll. Pengendalian hama ulat pagoda dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan telur, ulat atau larva kemudian dimusnahkan dengan cara dibakar. Apabila populasinya tinggi dapat dilakukan penyemprotan menggunakan pestisida sesuai dengan dosis anjuran atau menggunakan pestisida nabati B. thuringiensis