Hama Penyakit Kopi – Salah satu komoditas unggulan perkebunan yang banyak dibudidayakan oleh petani adalah kopi. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia berasal dari perkebunan kopi rakyat. Tanaman kopi memerlukan perhatian khusus dalam praktek budidayanya, termasuk yang perlu diperhatikan adalah permasalahan serangan hama dan penyakit. Permasalahan utama pada perkebunan kopi rakyat adalah rendahnya produktivitas dan mutu yang kurang memenuhi standar yang disebabkan oleh serangan hama dan penyakit.
Serangan hama dan penyakit pada tanaman kopi dapat menimbulkan dampak buruk, mulai dari kerugian ekonomi baik secara kualitas maupun kuantitas hingga menyebabkan gagal panen. Jenis serangan hama yang sering ditemukan pada tanaman kopi yaitu pembusukan dan gugurnya buah muda serta adanya infeksi penyakit yang menyebabkan kerusakan pada tanaman kopi.
Berikut jenis hama dan penyakit utama yang sering menyerang tanaman kopi dan cara pengendaliannya :
Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei)
Sumber : Direktorat Perlindungan Perkebunan
Kumbang Penggerek Buah Kopi (PBKo) menyerang semua jenis tanaman kopi pada fase pembungaan dan menyerang buah yang bijinya telah mengeras. Gejala serangan hama ini yaitu adanya bekas gerekan pada bagian ujung buah, pada fase pembungaan menyebabkan buah tidak berkembang, buah berwarna kuning kemerahan, dan akhirnya gugur. Gejala serangan pada buah kopi yg bijinya telah mengeras mengakibatkan penurunan mutu kopi karena biji berlubang.
Petani dapat melakukan pengendalian hama ini dengan cara :
1. Pemupukan secara berkala sesuai dosis anjuran untuk memicu waktu pembungaan yang relatif seragam, sehingga dapat memutus siklus hidup PBKo.
2. Melakukan pemangkasan tanaman kopi atau tanaman naungan untuk mengurangi tingkat kelembaban sehingga menciptakan kondisi lingkungan yang kurang mendukung perkembangan PBKo.
3. Petik bubuk, yaitu memetik buah yang terserang PBKo, kemudian buah tersebut dikubur atau direndam menggunakan air panas agar serangga hama dalam buah mati.
4. Lelesan, yaitu mengumpulkan semua buah yang jatuh, lalu dikubur untuk dijadikan kompos atau dibakar agar PBKo dalam buah mati.
5. Penggunaan insektisida nabati untuk mengendalikan PBKo.
6. Pemanfaatan jamur patogen Beauveria bassiana
Hama Penggerek Cabang dan Ranting (Xylosandrus compactus)
Sumber : Direktorat Perlindungan Perkebunan
Hama ini menjadi ancaman nyata bagi petani kopi karena mudah beradaptasi dengan lingkungan. Gejala serangan kumbang ini ditandai dengan adanya lubang gerek pada cabang atau ranting sehingga aliran makanan ke bagian atas cabang terputus yang mengakibatkan bagian tanaman tersebut mengering. Daun cabang atau ranting yang digerek akan layu, menguning, dan mengering, kemudian diikuti dengan mengeringnya ranting di bagian atas lubang gerekan.
Petani dapat mengendalikan hama ini dengan cara memotong dan memusnahkan bagian tanaman yang terserang atau dengan cara membakar bagian tanaman terserang agar telur, ulat, dan kumbang yang masih ada di dalamnya mati.
Penyakit Karat Daun Kopi (Hemileia vastatrix)
Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan
Penyakit ini menyerang semua jenis tanaman kopi Arabika maupun Robusta. Gejala penyakit karat daun ditandai dengan terdapatnya bercak serbuk berwarna kuning pada permukaan atas dan bawah daun. Daun yang terinfeksi akan berubah warna menjadi cokelat, mengering, kemudian gugur. Serangan berat dari jamur ini mengakibatkan hampir seluruh daun kopi gugur dan pohon menjadi gundul.
Petani dapat melakukan pengendalian dengan cara kultur teknis seperti penyiangan, pemupukan yang berimbang, pemangkasan, dan pengelolaan naungan agar dapat menurunkan intensitas serangan karat daun.
Penyakit Bercak Daun Kopi (Cercospora coffeicola)
Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Penyakit ini menyerang tanaman kopi selama masa pembibitan sampai dengan tanaman dewasa pada bagian daun dan buah kopi. Gejala Serangan pada daun dan buah kopi ditandai dengan adanya bercak-bercak bulat berwarna kuning, coklat kemerahan, atau coklat tua. Gejala serangan pada buah kopi menyebabkan kulit buah menjadi keras dan kering sehingga buah sulit dikupas.
Petani dapat mengendalikan penyakit ini menggunakan teknik sanitasi dengan menggunting daun yang sakit kemudian dibakar atau dibenamkan ke dalam tanah, mengurangi kelembapan tanah dengan cara mengurangi penyiraman, menjarangkan tanaman naungan sehingga sinar matahari dapat langsung masuk, melakukan pemupukan berimbang, dan menggunakan fungisida yang tepat
Jamur Upas (Upasia salmonicolor)
Sumber : Puslitbang Perkebunan, Badan Litbang Pertanian
Buah kopi. Gejala khas dari serangan jamur ini adalah layu mendadak pada cabang atau ranting. Gejala awal ditandai dengan adanya lapisan jala berbentuk sarang laba-laba berwarna putih yang menyerang bagian bawah cabang atau ranting, kemudian membentuk kerak berwarna merah pada bagian cabang dan menjadi bintil-bintil kecil berwarna orange kemerahan pada kayu. Kelembapan merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya penyebaran penyakit jamur upas, terutama pada daerah dengan curah hujan tinggi dan pada kebun-kebun yang lembap karena pemangkasan dan cahaya matahari kurang.
Petani dapat melakukan pengendalian penyakit ini dengan cara memotong cabang yang terserang sampai batas sehat ditambah 30 cm dan mengatur kelembapan dengan memangkas tanaman kopi dan pohon naungan.
Sumber Rujukan
Harni R, et al. 2015. Teknologi Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Kopi. Jakarta (ID) : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Semangun H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan Indonesia. Yogyakarta (ID) : Gadjah Mada University Press.
Bagikan :